Tinju mengambil lebih banyak dari Manny Pacquiao daripada kemenangan gelar WBC — merampas kesempatan terakhirnya yang nyata

Penulis:ace Waktu Terbit:2025-07-22 Kategori: news

## Lebih dari Sekadar Sabuk: Tinju Merampas Peluang Terakhir Manny PacquiaoLas Vegas, Nevada – Sabtu malam di T-Mobile Arena, di bawah gemerlap lampu dan sorak sorai ribuan penggemar, Manny Pacquiao bertarung bukan hanya untuk gelar juara WBC kelas welter, tetapi juga untuk warisannya.

Namun, warisan itu tercoreng oleh keputusan kontroversial yang memberinya kekalahan angka atas Yordenis Ugas.

Lebih dari sekadar sabuk juara yang lepas dari genggamannya, tinju, secara lebih kejam, telah merampas Pacquiao dari kesempatan terakhirnya untuk benar-benar bersinar.

Skor yang diberikan oleh para hakim – 115-113, 116-112, dan 116-112 untuk Ugas – terasa seperti tamparan bagi para penggemar tinju di seluruh dunia.

Pertarungan yang seharusnya menjadi bukti kehebatan “Pac-Man” berubah menjadi arena perdebatan dan kekecewaan.

Sementara Ugas tampil solid dan disiplin, Pacquiao tampak agresif, mendikte tempo, dan mendaratkan pukulan-pukulan yang lebih signifikan.

“Skor pada Sabtu malam merampas Pacquiao dari kemenangan legendaris yang pantas untuk karir legendaris,” demikian pernyataan yang bergema di kalangan pengamat tinju.

Namun, lebih dari itu, skor tersebut merampas sesuatu yang jauh lebih berharga: waktu.

Di usianya yang menginjak 42 tahun, setiap pertarungan adalah taruhan besar bagi Pacquiao.

Setiap pukulan, setiap ronde, adalah pengingat akan masa kejayaannya yang semakin menjauh.

Kemenangan atas Ugas bukan hanya akan menambah koleksi gelarnya, tetapi juga akan membuktikan bahwa ia masih relevan di puncak dunia tinju.

Kemenangan itu akan memberinya momentum untuk pertarungan besar lainnya, mungkin melawan Errol Spence Jr.

, yang sebelumnya dijadwalkan untuk bertarung dengannya.

Kekalahan ini, bagaimanapun, meninggalkan pertanyaan yang menggantung.

Apakah ini akhir dari perjalanan Pacquiao?

Apakah ia masih memiliki sisa kekuatan untuk bangkit kembali dan merebut kembali mahkotanya?

Atau apakah ini sinyal bahwa sudah saatnya ia menggantung sarung tinju dan fokus pada karir politiknya?

Secara pribadi, saya merasa sedih melihat akhir yang mungkin terjadi pada karir seorang legenda seperti Pacquiao.

Ia telah memberikan begitu banyak kegembiraan dan inspirasi kepada jutaan penggemar di seluruh dunia.

Ia adalah simbol harapan bagi Filipina, dan ikon bagi seluruh dunia tinju.

Namun, kekalahan ini tidak boleh mereduksi pencapaian luar biasa yang telah diraih Pacquiao.

Ia adalah juara delapan divisi yang tak tertandingi, seorang pejuang sejati yang selalu memberikan yang terbaik di atas ring.

Tinju mengambil lebih banyak dari Manny Pacquiao daripada kemenangan gelar WBC — merampas kesempatan terakhirnya yang nyata

Warisannya akan tetap abadi, terlepas dari hasil satu pertarungan yang kontroversial.

Mungkin, ini adalah pengingat yang kejam bahwa tinju bukanlah olahraga yang adil.

Terkadang, bahkan para legenda pun bisa menjadi korban keputusan yang meragukan.

Yang pasti, kekalahan ini akan menjadi titik balik penting dalam karir Manny Pacquiao.

Keputusan selanjutnya akan menentukan bagaimana ia ingin dikenang: sebagai seorang juara yang dipaksa pensiun sebelum waktunya, atau sebagai pejuang yang tidak pernah menyerah, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.

Hanya waktu yang bisa menjawabnya.