Dustin Poirier Akan Merasa ‘Bebas’ dari Stres Pertarungan Setelah Pensiun dari UFC 318

Penulis:ace Waktu Terbit:2025-07-17 Kategori: news

**Dustin Poirier: Bebas dari Tekanan Setelah UFC 302, Lebih dari Sekadar Pertarungan Melawan Max Holloway**Salt Lake City, Utah – Di bawah sorotan lampu arena dan gemuruh sorak sorai penonton, Dustin “The Diamond” Poirier sekali lagi akan memasuki octagon pada UFC 302, bukan hanya untuk melawan Max Holloway, tetapi untuk sebuah pertarungan yang jauh lebih dalam: melawan dirinya sendiri.

Poirier, petarung veteran yang telah mengukir namanya dalam sejarah UFC, telah secara terbuka mempertimbangkan pensiun setelah pertarungan ini.

Kata-kata yang diucapkannya sebelum pertarungan ini bukan sekadar retorika seorang petarung yang ingin menjual pertarungan; mereka adalah cerminan dari beban yang selama ini ia pikul.

“Saya merasa bebas,” ungkap Poirier dalam sebuah wawancara eksklusif.

“Beban ekspektasi, tekanan untuk membuktikan diri, itu semua akan hilang setelah UFC 302.

Saya bisa menjalani hidup dengan lebih tenang, fokus pada keluarga dan proyek-proyek di luar octagon.

“Pernyataan ini mengungkap sisi manusiawi dari seorang petarung yang seringkali kita lihat sebagai mesin penghancur di atas ring.

Kita sering lupa bahwa di balik otot dan agresivitas, ada seorang pria dengan emosi, keraguan, dan harapan.

Pertarungan melawan Holloway, yang dijadwalkan pada 1 Juni, bukanlah sekadar perebutan gelar BMF.

Ini adalah pertarungan terakhir bagi Poirier untuk membuktikan dirinya, bukan kepada dunia, tetapi kepada dirinya sendiri.

Dustin Poirier Akan Merasa 'Bebas' dari Stres Pertarungan Setelah Pensiun dari UFC 318

Ini adalah kesempatan untuk menutup lembaran karirnya dengan tinta emas, atau menerima kenyataan bahwa waktunya di puncak mungkin telah berlalu.

Statistik menunjukkan bahwa Poirier memiliki keunggulan dalam striking dan submission.

Namun, Holloway adalah petarung yang ulet, dengan daya tahan dan kemampuan cardio yang luar biasa.

Pertarungan ini akan menjadi ujian sejati bagi ketahanan fisik dan mental Poirier.

Namun, lebih dari sekadar statistik, pertarungan ini adalah tentang hati dan keinginan.

Apakah Poirier memiliki cukup motivasi untuk memberikan segalanya di octagon?

Apakah ia mampu mengatasi tekanan dan keraguan yang selama ini menghantuinya?

Sebagai seorang jurnalis yang telah mengikuti karir Poirier selama bertahun-tahun, saya melihat ini sebagai momen krusial dalam hidupnya.

Kemenangan akan menjadi penutup yang sempurna bagi karirnya, sementara kekalahan mungkin akan membuatnya mempertanyakan semua yang telah ia perjuangkan selama ini.

Terlepas dari hasilnya, satu hal yang pasti: Setelah UFC 302, Dustin Poirier akan merasa bebas.

Bebas dari tekanan, bebas dari ekspektasi, dan bebas untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya.

Ini adalah hadiah yang pantas ia dapatkan setelah bertahun-tahun berjuang di atas ring, menghibur kita semua dengan keberanian dan semangat juangnya.

Saksikan UFC 302 dan saksikan babak terakhir dari seorang legenda.

Siapapun yang menang, kita semua akan menjadi saksi dari momen penting dalam sejarah MMA.